MASIGNASUKAv102
3466012207913743702

19 Gaya Parenting Ala Rasulullah ﷺ, Sebagai Contoh untuk Para Ayah

19 Gaya Parenting Ala Rasulullah ﷺ, Sebagai Contoh untuk Para Ayah
Add Comments
2/09/2020
Daftar Isi [Tampil]

ayah parenting
Gambar oleh Pexels dari Pixabay


Saya pribadi, selalu kagum dengan Ayah yang paham bagaimana mengurus, bersikap dan mendidik anaknya, tidak serta merta semua diserahkan pada Ibunya. Kalau kata Ringgo Agus Rahman “Bikinnya bareng, ngurusnya juga bareng dong!

Setuju?

pohontomat.com|Parenting, sebuah kata yang sedang populer akhir-akhir ini, terus menjadi banyak perbincangan antara banyak kalangan. Mulai dari praktisi, dokter, mahasiswa, hingga orang tua itu sendiri. 

Sebelumnya saya mau cerita, bahwa saya punya teman yang hingga umur 3 tahun belum juga menyapih anaknya. Bukannya tidak mau, tapi sang suami merasa terganggu mendengar tangisan anak kecil saat mencoba stop ASI. Saya jadi berpikir, bagaimana waktu pertama kali si kecil baru lahir yang lebih sering menangis? Apakah suaminya juga bersikap sama sejak dia melahirkan? Bukankah anak kecil memang mengekspresikan sesuatu kadang masih menangis karena belum bisa mengeluarkannya dalam bentuk kata-kata?

Saya kagum dengan kekuatan dan kesabaran teman saya ini yang juga kesibukannya sebagai penulis beberapa buku.  Alhamdulillah saya merasa sangat bersyukur suami mendukung saya dalam proses tumbuh kembang si kecil. Apalagi pas menyapih kemarin, yang saya sendiri gak tega tapi suami yang nguatin.  Kita doakan, semoga suami teman saya ini terbuka hatinya ya, aamiin. Dan tentunya lebih belajar banyak tentang parenting, hehe. (O ya teman saya sudah memberi izin untuk share cerita ini).

Sebenarnya apa itu parenting? Perlukah mempelajari ilmu parenting?

Dalam Wikipedia disebutkan bahwa “Parenting or child rearing is the process of promoting and supporting the physical, emotional, social, and intellectual development of a child from infancy to adulthood. Parenting refers to the intricacies of raising a child and not exclusively for a biological relationship” 

Jika diartikan ke dalam Bahasa Indonesia, Parenting adalah mengasuh anak atau membesarkan anak dengan proses mendukung perkembangan fisik, emosi, sosial, dan intelektual anak sejak bayi hingga dewasa. Mengasuh anak mengacu pada seluk-beluk membesarkan anak dan tidak hanya untuk hubungan biologis.

Secara sederhana, ilmu parenting adalah ilmu tentang bagaimana cara mendidik anak, bagaimana cara bersikap kepada anak, dan bagaimana cara mengatasi masalah dalam proses-proses tersebut. 

Menurut saya pribadi, ilmu parenting bukan tentang ilmu yang hanya bisa ditemukan di seminar , buku-buku parenting, atau grup WA parenting saja. Tapi ilmu parenting juga bisa didapatkan langsung dari orang tua, tetangga, atau siapa saja yang sudah memiliki pengalaman dalam mendidik anak. 

Rasulullah ﷺ, panutan kita sebagai seorang muslim, sangat mencintai anak-anak. Itu terlihat dari cara beliau memperlakukan anak-anak, baik anak sendiri, cucu, maupun anak orang lain. Saat salat berjamaah jika ada anak yang menangis, maka Rasulullah ﷺ memendekkan bacaan surah beliau. Ketika ada yang membawa buah-buahan saat majelis, maka Rasulullah ﷺ akan memberikan pertama kali kepada anak-anak. Rasulullah ﷺ juga sering mengusap kepala anak-anak. Jadi bagaimana gaya parenting ala Rasulullah?

Ternyata, sebagai seorang Nabi sekaligus Ayah, Rasulullah ﷺ memiliki beberapa ilmu yang sebaiknya kita contoh, khususnya para Ayah. Apa saja?

1.    Membiarkan Anak Bermain

Bagaimanapun kita tentu sepakat bahwa dunia anak kecil adalah bermain. Saat kita masih kecil pun, yang kita tahu hanya main, makan dan tidur bukan? Dalam riwayat, Rasulullah ﷺ tidak pernah melarang anak-anak bermain. Dalam hadits disebutkan Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata: “Aku dahulu pernah bermain boneka di sisi Nabi . Aku memiliki beberapa sahabat yang biasa bermain bersamaku. Ketika Rasululah masuk dalam rumah, mereka pun bersembunyi dari beliau. Lalu beliau menyerahkan mainan padaku satu demi satu lantas mereka pun bermain bersamaku.” (HR. Bukhari).

2.    Tidak Marah Saat Anak tidak Menuruti Perintah

Diceritakan bahwa Anas Radiallahu ‘anhu saat berumur 8 tahun dititipkan oleh Ibunya untuk melayani Rasulullah ﷺ. 

Anas berkata: “Aku mengabdi pada Rasulullah ﷺ sepuluh tahun lamanya, tidak pernah sekalipun beliau memukul, mencaci atau berwajam masam kepadaku.” (Imam al-Dzahabi, Siyar A’lâm al-Nubalâ’, Beirut: Mu’assasah al-Risalah, 2001, juz 3, h. 399) Riwayat ini menunjukkan bahwa Sayyidina Anas adalah anak kecil yang memiliki dunianya sendiri, gemar bermain dan bersenang-senang. Andaipun disuruh melakukan sesuatu, tanpa segan ia mengatakan, “tidak”, meski yang menyuruhnya adalah Rasulullah ﷺ. Ini bukan hal yang aneh, karena begitulah anak kecil. Yang menarik di sini adalah cara bersikap Rasulullah ﷺ. Mendengar kalimat, “aku tidak akan pergi melakukannya,” beliau tidak menampakkan kemarahan, berwajah masam dan menghardiknya dengan keras, tapi meninggalkannya. Baru kemudian, ketika beliau menjumpai Sayyidina Anas di pasar, beliau memegang tungkuknya dan berkata, “Wahai Anas, pergilah sebagaimana yang kuperintahkan padamu (tadi).

Anas berkata, “Aku melayani Rasulullah ﷺ shallallahu ‘alaihi wasallam selama sepuluh tahun. Tidak semua pekerjaanku sesuai dengan perintah beliau, (tapi) beliau tidak pernah berkata kepadaku (karena ketidak-becusanku) “ah/dasar”, dan tidak pernah (juga) berkata padaku, “kenapa kau lakukan ini?” dan “kenapa tidak kau lakukan (seperti) ini?”

3.    Bicara Sepantaran dengan Anak

Ketika berbicara dengan anak kecil, beberapa ilmu parenting mengajarkan agar sepantaran alias dengan cara jongkok, mensejajarkan dengan tinggi anak. Ternyata cara ini sudah dicontohkan Rasulullah ﷺ dahulu. Tujuannya agar anak merasa nyaman dan tidak merasa dihakimi. Apalagi dalam menegur atau memberi nasihat, ini sangat penting dilakukan.

4.    Sering Menggendong, Mencium dan Memeluk Anak

Dalam ilmu parenting yang biasa kita dengar baik di media social, televisi, dan berita-berita disebutkan jika orang tua yang sering memeluk dan mencium anak akan berdampak positif tidak hanya dari segi bonding anak dan orang tua, tapi juga psikologis anak. 
Rasulullah ﷺ pun mengajarkan demikian. Ketika mengunjungi cucu-cucunya, Rasulullah ﷺ selalu mencium dan memeluk mereka satu persatu.

Aqra’ bin Habis, pemuka Bani Tamim mengaku, “Demi Allah, aku mempunyai 10 orang anak, tetapi tak satu pun kuciumi di antara mereka.” Nabi pun memandangnya dan berkata, “Barang siapa yang tidak mengasihi, ia tidak akan dikasihi”.

5.    Mengajari Ilmu Tauhid dan Cinta pada 3 Hal

Ilmu tauhid berarti ilmu yang mengajarkan tentang Ketuhanan. Dalam sebuah riwayat disebutkan :

Dijelaskan dari Ibn Abbas, Rasullullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Bukalah lidah anak-anak kalian pertama kali dengan kalimat “Lailaha-illaallah”. Dan saat mereka hendak meninggal dunia maka bacakanlah, “Lailaha-illallah. Sesungguhnya barangsiapa awal dan akhir pembicaraannya “Lailah-illallah”, kemudian ia hidup selama seribu tahun, maka dosa apa pun, tidak akan ditanyakan kepadanya.” (sya’bul Iman)

Rasulullah ﷺ menekankan agar anak-anak dididik dengan tiga hal, yaitu mencintai Nabi, mencintai keluarga Nabi, dan membaca Al-Qur’an.  Agar yang menjadi role model dalam hidup anak adalah Rasulullah ﷺ. Juga petunjuk hidup anak juga seharusnya Al-Qur’an.
Ketiganya harus diajarkan kepada anak agar mereka memiliki panutan dan pedoman yang jelas dalam mengarungi dunia ini.

ayah dan anak
Gambar oleh Free-Photos dari Pixabay

6.    Mengayomi Anak dengan Baik

Barangsiapa yang mengayomi dua anak perempuan hingga dewasa. Maka ia akan datang pada hari kiamat bersamaku.” Kemudian Anas bin Malik berkata: Nabi menggabungkan jari-jari jemari beliau.” (HR Muslim).

Ternyata, Allah telah menjanjikan bahwa orang tua yang merawat dan mengayomi anak perempuannya dengan baik, maka Allah tempatkan nanti bersama Rasulullah ﷺ di Surga. Siapa yang tidak ingin bertemu dan dekat dengan Rasulullah ﷺ seperti dekatnya jari-jari? Ketemu idola artis manusia biasa di dunia saja banyak yang menjerit bukan? Apalagi kalau kita bertemu Rasulullah ﷺ, Wali Allah.

7.    Mengajari Kejujuran

Dalam parenting ala Rasullullah (dan semua orang juga pasti seperti itu meski banyak dari kita yang lalai), mengajarkan kejujuran sangat penting buat anak. Rasulullah ﷺ selalu mengajarkan kejujuran kepada anak-anak. Tidak segan pula memberikan hukuman apabila mereka berdusta. Dikisahkan bahwa suatu saat Abdullah bin Busr disuruh ibunya untuk menghantarkan setandan anggur kepada Rasulullah ﷺ. Di tengah perjalanan, Abdullah bin Busr memakan beberapa anggur tersebut sebelum diserahkan kepada Rasulullah ﷺ. Ketika Abdullah bin Busr menghadap Rasulullah ﷺ, Rasulullah ﷺ menjewer telinganya dan menasihatinya agar tidak khianat lagi dengan apa yang dipesankan ibunya. 

Kejujuran sedari kecil bisa berdampak hingga besar nanti. Jangan memaklumi hal seperti itu. Lihatlah betapa banyak koruptor yang tidak lagi malu padahal mereka sudah mencuri uang rakyat. Astaghfirullah.

8.    Tidak Membeda-bedakan

Adakah yang sewaktu kecil pernah merasakan ketidakadilan dalam pemberian? Saya pernah mersakannya. Hingga saya besar saat ini, saya selalu kesal terhadap apapun hal-hal yang tidak adil yang terjadi di sekitar. Entah karena trauma atau tidak. Ternyata Rasulullah ﷺ sedari dulu melarang tindak praktik ketidakadilan tersebut. 

Dari Nu’man bin Basyir, beliau pernah datang kepada Rasulullah ﷺ lalu berkata, “Sungguh, aku telah memberikan sesuatu kepada anak laki-lakiku yang dari Amarah binti Rawwahah, lalu Amarah menyuruhku untuk menghadap kepadamu agar engkau menyaksikannya, ya Rasulullah ﷺ.” Lalu Rasulullah ﷺ bertanya, “Apakah engkau juga memberikan hal yang sama kepada anak-anakmu yang lain?” Ia menjawab, “Tidak.” Rasulullah ﷺ bersabda, “Bertakwalah kamu kepada Allah dan berlaku adillah kamu diantara anak-anakmu.”  Nu’man pun mencabut kembali pemberiannya.” (HR. Bukhari).

9.    Menjaganya dari Perbuatan Dosa

Hal ini yang sering luput dari tugas kita sebagai orang tua. Yaitu membiarkan anak melakukan hal-hal yang seharusnya tidak dilakukan. Mungkin orang tuanya pun tidak tahu bahwa itu harus dilarang. Seharusnya kita sebgai orang tua juga dituntut untuk mencari tahu. Tapi ada juga yang tahu tapi menggampangkan hal tersebut. Semoga bukan kita.

Dikisahkan, suatu waktu Rasulullah ﷺ bersama dengan Fadhl bin Abbas naik unta. Tiba-tiba ada seorang cantik yang menghampiri Rasulullah ﷺ dengan maksud hendak menanyakan suatu persoalan agama. Ketika Fadhl memandangi perempuan tersebut, Rasulullah ﷺ langsung memerintahkannya untuk memalingkan wajahnya. Alasannya, Rasulullah ﷺ tidak ingin terjadi sesuatu yang tidak diinginkan karena pada saat itu Fadhl bin Abbas baru saja menginjak usia baligh.

Salah satu yang harus diwaspadai sekarang adalah penggunaan smartphone pada anak. Jika mereka dengan bebas menggunakannya di kamar, besar kemungkinan si anak menggunakannya untuk melihat hal-hal yang haram seperti video porno dan lainnya. Bukan hanya dosa zina mata, tapi juga bisa merusak otak anak seperti halnya kecanduan narkoba. Anak akan malas beraktivitas, dan kehidupannya lebih sering dihabiskan untuk yang tidak bermanfaat.

10.  Mengajari Berpuasa

Diriwayatkan dari Ar-Rubayyi’ bintu Mu’awwidz, salah satu perempuan shalehah sahabat rasul. Ia berkata: “Kami menyuruh puasa anak-anak kami. Kami buatkan untuk mereka mainan dari perca. Jika mereka menangis karena lapar, kami berikan mainan itu kepadanya hingga tiba waktu berbuka.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Mengajari anak berpuasa sangat penting, jangan sampai menyepelekan apalagi jika sudah baligh. Bahkan puasa yang tidak dilaksanakan saat Ramdhan harus tetap dibayar sebagai utang di bulan-bulan berikutnya.

11.  Mengajari Salat, Do’a dan Dzikir

Rasulullah ﷺ shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Perintahlah anak-anak kalian untuk shalat ketika mereka berusia tujuh tahun dan pukullah mereka jika enggan melakukannya pada usia sepuluh tahun, dan pisahkanlah tempat tidur mereka.” (HR. Ahmad).

Mengajari anak salat bisa dilakukan dengan sang Ayah mengajaknya ke Masjid untuk salat berjamaah. Apalagi untuk anak laki-laki. Sebaiknya dibiasakan dari kecil.
Selain itu, mengajarkan anak-anak berdoa juga sangat penting. Mulai do'a mau tidur, masuk wc, dan sebagainya. Mengajari zikir harian juga sangat dianjurkan untuk melindungi diri dari godaan Jin sepanjang hari.

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata, “Rasulullah ﷺ shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu berdzikir (mengingat) Allah pada setiap waktunya.” (HR. Muslim) [HR. Bukhari, no. 19 dan Muslim, no. 737]

12.  Mengajari Akhlak

Kebaikan seseorang dinilai dari 2 hal yakni agama dan akhlaknya. Rasulullah ﷺ shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak.

Betapa banyak orang yang ilmunya tinggi, namun akhlak tidak dihiraukan. Astaghfirullah, ini pengingat untuk saya pribadi. Jadi pengingat buat kita semua orang tua. Apalagi orang tua khususnya Ayah menjadi teladan dan contoh untuk anaknya.

13.  Mengajari Batasan Pergaulan

Hubungan wanita dan pria saat ini banyak yang sudah di luar yang seharusnya. Misal berkumpul bercampur baur tanpa batasan. Padahal seharusnya, diberi batasan antara tempat duduk perempuan dan laki-laki. Karena keterbiasaan tersebut menyebabkan banyak yang tidak bisa mengontrol nafsu, pacaran, dan akhirnya bisa ditebak akhirnya. Kalau kata Ustadz Felix Siauw, pacaran memang tidak selalu berakhir zina, tapi zina biasanya diawali dengan pacaran.

14.  Mengajari Anak Azan

Abu Mahdzurah bercerita: Aku bersama 10 orang  remaja berangkat bersama Rasulullah ﷺ dan rombongan. Pada saat itu, Rasulullah ﷺ adalah orang paling kami benci. Mereka kemudian menyerukan azan dan kami yang 10 orang remaja ikut pula menyerukan azan dengan maksud mengolok-ngolok mereka. Rasulullah ﷺ bersabda, ‘Bawa kemari 10 orang remaja itu!’ Beliau memerintahkan,‘Azanlah kalian!’ Kami pun menyerukan azan.
anak muslim
Gambar oleh Mücahit Yıldız dari Pixabay

Kemudian selesai azan, Rasulullah ﷺ bersabda‘Alangkah baiknya suara anak remaja yang baru kudengar suaranya ini. Sekarang pergilah kamu dan jadilah juru azan buat penduduk Mekkah.’ Beliau bersabda demikian seraya mengusap ubun-ubun Abu Mahdzurah, kemudian beliau mengajarinya azan dan bersabda kepadanya: Tentu engkau sudah hafal bukan?’ Abu Mahdzurah tidak mencukur rambutnya karena Rasulullah ﷺ waktu itu mengusapnya. (HR. Ahmad, Musnadul Makkiyah).

15.  Memberi hadiah

Siapa yang tidak suka hadiah? hehe. Bahkan emaknya pun suka kalau diberi hadiah. Rasulullah ﷺ pernah membariskan Abdulullah, Ubaidillah dan sejumlah anak-anak pamannya, Al Abbas, dalam suatu barisan, kemudian beliau bersabda: “Siapa yang paling dahulu sampai kepadaku, dia akan mendapatkan (hadiah) ini. Mereka pun berlomba lari menuju tempat Rasulullah ﷺ berada. Setelah mereka sampai di tempat beliau, ada yang memeluk punggung dan ada pula yang memeluk dada beliau. Rasulullah ﷺ menciumi mereka semua serta menepati janji kepada mereka.” (Majmu’uz Zawaid). Sungguh indah terlihat kecintaan Rasulullah ﷺ pada anak-anak.

16.  Bermain Bersama

“Aku masih ingat dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berupa semburan air yang beliau semburkan ke wajahku. Ketika itu aku baru berusia lima tahun dan beliau mengambil air dari ember.” (HR. Bukhari no. 77)

Maksud dari hadits di atas adalah tentang bermain air bersama anak. Tentu saja pada zaman itu belum ada pistol air, sehingga beliau menyemprotkan air tersebut ke wajah Mahmud bin Rabi’ dengan menggunakan mulut beliau .

 17.  Tidak Memisahkan Anak dan Ibunya

Sedih ketika melihat ada kasus perceraian, ada anak yang dipisahkan atau disulitkan bertemu dengan ibunya. Abu Ayyub mengatakan, bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda, “Barang siapa memisahkan antara seorang ibu dan anaknya, niscaya Allah akan memisahkan antara dia dan orang-orang yang dicintainya pada hari kiamat.” (HR. Tirmidzi).

18. Mengajarkan Anak Hanya Bergantung pada Allah

Anak yang labil dan banyaknya pengaruh dari luar, menyebakan terkadang anak bisa mengikuti hal-hal yang salah, apalagi dalam kondisi ada masalah. Sebaiknya anak-anak diajarkan untuk mengembalikan semua kepada Allah. Karena Allah yang memberi ujian, Allah pula yang memberi solusinya. 

    Rasulullah ﷺ shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Nak, aku akan memberimu beberapa pelajaran: peliharalah Allah, niscaya Dia akan balas memeliharamu. Peliharalah Allah, niscaya kamu akan menjumpai-Nya dihadapanmu. Jika kamu meminta, mintalah kepada Allah, dan jika kamu meminta pertolongan, mohonlah kepada Allah. Ketahuilah, sesungguhnya andaikata manusia bersatu-padu untuk memberimu suatu manfaat kepadamu, niscaya mereka tidak akan dapat memberikannya kepadamu, kecuali mereka telah ditakdirkan oleh Allah untukmu.

   19. Mengajari Berpakaian

Seorang ayah, sudah sepatutnya memberitahukan batasan-batasan aurat yang terlihat seharusnya. Laki-laki dan perempuan berbeda. Meski begitu, laki-laki juga diperintahkan menutup aurat dari lutut yang saat ini banyak diabaikan. Apalagi perempuan, jangan sampai anak perempuan dengan mudahnya membuka dan menampakkan aurat. 

“Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu dan putri-putrimu serta wanita-wanita kaum mukminin, hendaklah mereka mengulurkan jilbab-jilbab mereka di atas tubuh mereka. Hal itu lebih pantas bagi mereka untuk dikenali (sebagai wanita merdeka dan wanita baik-baik) hingga mereka tidak diganggu. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Penyayang.” (al-Ahzab: 59)

Diriwayatkan dari Aisyah ra: bahwa Asma’ binti Abi Bakar menemui Rasulullah ﷺ SAW dengan kondisi ia berpakaian pendek, aka berpalinglah Rasulullah ﷺ SAW seraya berkata, “Wahai Asma’, sesungguhnya wanita, apabila telah baligh, tidak pantas terlihat kecuali ini dan ini (beliau menunjuk wajah dan kedua telapak tangannya).” (HR. Abu Daud)
Di dalam sebuah hadits disebutkan:

Dari Sâlim bin Abdullah (bin Umar), dari bapaknya, dia (Abdullah) berkata, “Rasûlullâh n bersabda, ‘Tiga orang yang Allâh Subhanahu wa Ta’ala tidak akan melihat mereka pada hari kiamat: anak yang durhaka kepada kedua orang tuanya, wanita yang menyerupai laki-laki, dan dayûts.

Dayuts artinya seorang suami atau bapak yang tidak merasa cemburu jika istri atau anaknya membuka aurat dan dinikmati laki-laki yang lain. Meksi peran ibu juga seharusnya masuk, tapi yang paling tinggi peran dan harus tegas di sini adalah si Ayah, karena Ayah adalah pemimpin rumah tangga. 

Itu dia 19 gaya parenting Rasulullah ﷺ dalam mendidik anak yang sebaiknya dicontoh para Ayah. Sudah sepatutnya ayah dan ibu saling bekerja sama dalam memantau pertumbuhan dan perkembangan anak. Apalagi jika LDM (Long Distance Married) hingga harus parenting jarak jauh. Tapi semua keputusan dan ketegasan tetap berada dalam kontrol si Ayah. Nabi sudah mencontohkan, tinggal bagaimana kita mengikuti teladan beliau. Insyaa Allah anak kita akan dimudahkan jalannya, dekat dengan sang Pencipta, dan menjadi anak yang berakhlah baik, pandai menjaga diri, dan menjunjung tinggi nilai agama. Tentunya jika kita meninggal nanti, kita ingin anak kita mengirimkan do'-do'a yang bisa menambah amalan kita agar masuk Surga. Bukankah do'a anak yang soleh bisa menyelamatkan orang tuanya? aamiin.

Menyayangi dan mendidik anak dengan sepatutnya adalah perintah agama. Bukan hal yang dilalaikan tanpa tanggung jawab. Islam mengajarkan kasih sayang dalam hal apapun. Baik untuk diri sendiri, istri/suami, anak, orang tua, bahkan binatang yang juga makhluk ciptaan Allah. 

Tulisan ini menjadi pengingat pribadi. Yuk sama-sama menjadi orang tua yang bisa menjawab nanti ketika Allah Tanya di akhirat, “Apa yang telah kita lakukan untuk mendidik anak kita?” 
Jangan sampai kita ditanya “ Kenapa kita membiarkan anak kita melakukan dosa?” Astagfirullah.
 Dan para ayah semoga selalu dikuatkan dalam menjadi Imam rumah tangga. Untuk suamiku, terima kasih telah menjadi Imam yang luar biasa, dan I Love You.


Sumber tulisan : 
https://muslimah.or.id/9907-parenting-islami-32-memaklumi-dan-memahami-dunia-anak-kecil.html

https://dalamislam.com/info-islami/cara-nabi-muhammad-mendidik-anak

https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/19/02/07/pmjgjd313-teladan-Rasulullah-soal-kasih-sayang-kepada-anakanak

https://islam.nu.or.id/post/read/105596/cara-Rasulullah-mendidik-anak-kecil-yang-membangkang

https://rumaysho.com/17313-berdzikir-dalam-setiap-keadaan.html

https://islam.nu.or.id/post/read/97255/sikap-Rasulullah-terhadap-anak-anak

https://muslimah.or.id/9907-parenting-islami-32-memaklumi-dan-memahami-dunia-anak-kecil.html


Baca Juga
Triyatni A.

Terima kasih telah membaca tulisan di blog ini, semoga bermanfaat ya ^^ Untuk sharing atau kerjasama lebih lanjut bisa hubungi di Instagram: @pohontomat atau email: pohontomat.com@gmail.com

Jika Anda pengguna blogger, harap membuat publik profil blogger sebelum berkomentar agar tidak broken link ya.

Sebaiknya jangan anonim agar bisa saling mengunjungi ...

Komentar muncul setelah dimoderasi.
Terima kasih telah membaca dan berkomentar 😊

Salam kenal ...

  1. Aku seneng baca artikel parenting, biar nambah ilmunya dan gak kaget nanti kalo udah merid dan punya anak. Hehee makasih mbak infonya.

    BalasHapus
  2. Wah.. . Ini dia Sebenar-benarnya roll model bagi para ayah. Ternyata Rosulullah menjadi suri teladan di bidang Parenting

    BalasHapus
  3. suri tauladan terbaik memang :) masha Allah

    BalasHapus
  4. Sejak jadi orangtua. Aku selalu upgrade ilmu soal parenting, karena jadi orangtua itu gak ada sekolahnya, tapi belajarnya harus tiap hari sampai anak dewasa

    BalasHapus
  5. Saya sebagai calon ayah, sangat-sangat terbantunya dengan artikel parenting ini. Ternyata sebagai ayah perlu banyak berinteraksi dengan anak yah...

    BalasHapus
  6. Terimakasih mba, tulisannya bermanfaat sekali.. 😍Seringkali bingung sendiri harus bagaimana kalau menghadapi anak. Memang sebaik-baiknya contoh adalah Rasulullah.. 👍

    BalasHapus
  7. Suri tauladan Rasullullah bukan hanya untuk anak sendiri namun juga buat anak anak disekitarnya

    BalasHapus
  8. Yang nomer 17 dan 18 angka 1 yg didepan ilang tuh, mungkin bisa di benerin supaya enak bacanya dan tidak kebingungan

    BalasHapus
  9. Ternyata zaman dulu sudah dicontohkan cara mendidik anak oleh nabi Muhammad ya, Mbak. Sangat patut dicontoh nih, parenting ala Nabi Muhammad, supaya anak-anak kelak bisa menjadi sosok orang-orang yang shalih dan shalihah.

    BalasHapus
  10. Dan contoh parenting terhebat adalah Rasulullah Saw, nggak perlu jauh - jauh mencari contoh pada sosok yang lain ternyata ya mbak. Bermanfaat banget ini, trims ya mbak

    BalasHapus
  11. No 17 ituuu…duh sedih. Kapan itu baca berita, ada anak yg jatuh dari balkon apartemen. Anak tsb sendirian ditinggal oleh ayahnya. Ayah dan ibu sedang proses cerai. Si Ibu udah 3 bulan engga bertemu anaknya. Ketemua lagi dah meninggal...Kalau udah gini, semua sedih...

    BalasHapus
  12. Saya suka banget sama gaya parenting Rasulullah SAW. Poin nomer 2 itu agak susah ya kadang. Memang harus sabar jadi ortu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Banget, mbak. Jadi ortu itu 24 jam hingga akhir dunia. Sabarnya orang tua kadang ada batasnya, emosi, yang sering kali bukan karena gak sayang.

      *lah aku curhat

      Hapus
  13. Rasulullah Saw memang teladan terbaik. Darinya kita pun bisa belajar parenting. Semoga kita bisa meneladani beliau. Ilmu sudah ada. Tinggal praktiknya yang kadang berat. Hehe.. terima kasih Bu. Ilmu sangat bermanfaat.

    BalasHapus
  14. Dari buku Khadijah, aku pun baru tau kalau Rasul salallahualaihiwassalam juga sosok bapak tiri yang mengayomi anak tirinya. Maasya allah.. Ternyata ga cuma sama anak sendiri yaa Rasul salallahualaihiwassalam baik pada semua anak

    BalasHapus
  15. Ajaran Nabi Muhammad SAW memang yang paling baik sie, jangan berkiblat sama ajaran lain ini aja dulu, bener tuh kalau untuk pengajaran anak jangan terlalu dipaksa mending dikasih contoh dan diperlihatkan pasti ikut kok si anak Makasih kak info yang sangat bermanfaat buat nanti saya kalau punya anak.

    BalasHapus
  16. Masyaallah parenting ala Rasulullah sungguh luar biasa ya. Bahkan tidak memarahi anak ketika tidak menuruti perintah. Semoga setiap orang tua bisa meneladaninya biar anak-anak bertumbuh menjadi anak yang sholeh dan sholeha :)

    BalasHapus
  17. Bener bangeet. Gak boleh beda-bedain satu anak dan lainnya, agar tidak muncul sibling rivalry dan akhirnya nanti malah rebutan warisan.

    BalasHapus
  18. Bermanfaat mbak tulisannya, mengingatkan kembali gimana mendidik anak. Seperti dicontohkan Rasulullah. Semoga anak-anak Indonesia selalu berakhlak baik

    BalasHapus
  19. Peran suami sebagai ayah si anak ..penting bagi tumbuh kembang anak... dan sudah dijelaskan diatas... bagaimana menjadi seorang ayah yang baik...TFS kak... secara lagi belajar menjadi ayah yang baik juga

    BalasHapus
  20. Masya Allah, ternyata banyak sekali nilai-nilai kebaikan dalam ajaran parenting nabi, semoga bisa menerapkannya kalau sudah punya keluarga nanti. Thanks for sharing mbak tri, sangat berguna sekalii 😊

    BalasHapus
  21. Sungguh Rasulullah SAW adalah sebaik-baik teladan, dan Anas bin Malik adalah salah satu sahabat yang paling meneladani Rasulullah karena sedari kecil sudah membantu beliau.

    BalasHapus
  22. Wah sangat menginspirasi ya gaya parentingnya

    BalasHapus